SAMPAHKU SAMPAHMU !
Sampah. Segala sesuatu yang tidak diinginkan, sesuatu yang dianggap tidak berharga. Sepele tapi menyulitkan. Jorok tapi mengancam. Semua pernyataan di atas emang dari sisi pandang mayoritas yang udah keburu menyepakati. Di sisi lain, secara empirik, bisa jadi sampah merupakan lahan sandang pangan untuk mendapatkan sesuatu yang "bersih" dan juga menempatkan suatu status/posisi tertentu yang walau pun sangat dibutuhkan, tetap saja terlempar ke sisi marjinal. Ada beberapa profesi yaitu tukang sampah, pemulung sampah sampai pedagang sampah.
Tukang sampah adalah seseorang yang bekerja membersihkan sampah, pemulung adalah seseorang yang bekerja mencari sesuatu dari sampah yang dikumpulkan tukang sampah (kadang menjadi pengganggu, karena mengobrak-abrik sampah yang telah dikumpulkan kemudian setelah ketemu barang yang diinginkan, ditinggal begitu saja). Lantas, pedagang sampah yaitu seseorang yang bekerja sebagai tukang tadah sampah-sampah tertentu untuk kemudian diolah lagi untuk dijual. Biasanya sih, kalau mau keren, disebut sampah non organik...
Sebenernya, sampah banyak digolongkan ke berbagai macam bagian. Ada sampah yang tak terlihat seperti gas, yang orang pinter bilang itu "emisi" yang kemudian dikaitkan dengan term "polusi", tapi disini yang kita gosipin adalah sampah konsumsi manusia atau sampah manusia, bukan sampah industri atau sampah nuklir.
Nah, balik ke tukang sampah dan kerabatnya seperti yang udah diceritain di atas. Mereka seperti rantai makanan yang tak pernah putus, mereka selalu bergelinjang menghadapi waktu. Hanya saja, "status sosial" saja yang bikin tukang sampah atau pemulung beda dengan pedagang sampah. Mereka sama-sama mencoba bertahan hidup yang tentunya dengan standar masing-masing. Tinggal pilih, siapa yang ditunggangi atau siapa yang menunggangi. Sederhana saja, pedagang sampah kalau sudah sukses tentunya tidak akan peduli lagi tukang sampah bekerja atau tidak dan cuek saja apabila pemulung setor sampah atau tidak. Dia yang bermodal bisa bikin apa saja untuk kembali "bertahan hidup" dan pedagang sampah lain akan menggantikannya.
Sementara tukang sampah dan pemulung? Tergantung nasib....garing banget gak sih komentar itu!!! Dari sekian berita-informasi yang pernah dicetak maupun ditayangkan, sebagian besar usia tukang sampah emang sudah udzur. Yang terakhir termuat di media adalah tersambarnya tukang sampah oleh mobil hingga wassalam di jalan tol. Usianya udah 50 tahunan, usia yang seharusnya sudah menuai bekal hidup. Kenapa ya?...Ada yang bilang itu nasib (kita biasanya hanya bisa mengasihi, mendoakan...kata kerja yang tak tampak), ada yang bilang miskin struktural (kita bisa berhari-hari kalo membicarakan hal ini, sampai mulut sariawan pun gak bakal tuntas...kalo ada pakar yang pinter, dia bikin buku lantas dijual walaupun tanpa ada solusi yang signifikan). Aaaarghhh, sudahlah...
Jaman dulu, jaman bapakku, ketika rumah masih berhalaman. Di belakang rumah ada pekarangan dan sengaja dibikin lobang khusus untuk membuang sampah. Kemudian dibakar. Beres. Seingatku gak ada iuran sampah dan keamanan. Tukang bersih sampah atau pemulung hanya ada di pasar dan ketika ada pasar malam. Mungkin, sekarang masih ada di beberapa tempat seperti dulu aku bergumul dengan masa kecil yang menurutku indah.
Pertanyaannya adalah kapan kita bisa bener-bener menghargai tukang sampah untuk tidak dijadikan hanya sekedar obyek yang kita sedekahi di hari-hari tertentu. Tapi menjadikannya sebagai partner dan sebuah kenyataan bahwa kita emang perlu, emang kita butuh mereka. Yang jelas, kita tetap tak bisa dan tak butuh dengan apa yang disebut sampah masyarakat....
2 Comments:
yah kalo bakar sampah sekarang kan gak mungkin ... satu Bogor bakar sampah bisa dikira kebakaran kota {^_^} kalau Jakarta memang ca'ur dalam penanganan sampah, kota Medan malah bisa menghibur sekaligus mengangkut sampah.
dengan truk "bernyanyi" bak tukang es krim Wall's, penduduk berbondong-bondong keluar rumah untuk membuang sampah. truk tinggal mungut, udah kayak door to door salesman.
keren gak tuh? dasar pemerintah DKI gak punya imajinasi {o_O} udah gitu, perutnya pada laper semua, lagi. boro² mikirin sampah; yang penting kan mereka² doang gak susah. sisanya ke laut semua. hiks ... sediiiih deh!
By milk.tea.girl, at 7:05 PM
hush...
By Anonymous, at 6:46 PM
Post a Comment
<< Home