keatz

Wednesday, March 26, 2008

Pindah Kantor


Awal 2008 ditandai dengan boyongan dan pindah ke gedung baru. Seperti halnya rumah, pindahan kantor baru juga sangat menyita waktu dan terutama biaya karena menyangkut sejumlah besar karyawan dan berbagai peralatan. Capek? Iya. Karena ini bukan yang pertama kali.

Dari tempat dudukku sekarang, terlihat jelas bangunan sakral berbentuk oval. Stadion Senayan (aku sih lebih suka menyebut stadion Senayan…kayaknya lebih bebas nilai) Tempat berlangsungnya berbagai kegiatan olahraga yang bersejarah. Awal januari pun sudah mencatat sejarah. Sejarah yang menambah daftar hitam persepakbolaan Indonesia. Masih teringat dua bulan yang lalu seorang pendukung kesebelasan Persija ditemukan sudah tak bernyawa. Nah, yang menjadi pertayaan adalah mau berapa nyawa lagi sih untuk bisa memperbaiki kualitas sepakbola Indonesia? PSSI maupun pemerintah boleh kok minta berapa nyawa asal sepakbola Indonesia dipimpin oleh orang-orang yang punya muka. Tetapi sebelum kita menyerahkan nyawa mereka yang di PSSI harus dihilangkan nyawanya dulu. Aku yakin bangsa Indonesia tidak akan kehilangan sedikit pun. Keluarga mereka kalau punya muka juga akan merelakan.

Bukankah para perwakilan supporter yang datang ke kantor PSSI dan memberikan usulan-usulan, mempunyai niat baik agar sepakbola Indonesia bermartabat. Lha iya, lebih dari dua ratus juta orang, masih aja kelihatan konyol kalau bertanding sepakbola melawan negara lain. Kalau kita ambil 50 juta orang saja yang bisa main bola, maka sudah lebih dari 4 juta kesebelasan. Pengurus PSSI mungkin menganggap bahwa dari lebih dua ratus juta orang, yang terbaik adalah yang berada di Cipinang yang berhak menjadi pimpinannya. Maaf, gak usah dibayangkan. Prihatin rasanya melihat bangsa yang bisanya hanya DI bukan yang ME. Pasif banget. DI-kalahkan, DI-kibuli, DI-mlaratkan dan DI-suruh menerima nasib apa adanya…

Masak sih, sedemikian parahnya bangsa ini sehingga cuma bisa ME-ngalahkan bangsanya sendiri, ME-ngkibuli bangsanya sendiri, ME-mlaratkan bangsanya sendiri. Pengkibulan massal akan terjadi lagi tahun depan. Rakyat akan menjadi kewajiban yang harus dibela, dirayu lagi hingga kemudian diperkosa selama lima tahun ke depan. Nah, kalo udah begini siapa yang akan tertawa. Mentertawakan nasib bangsa yang seakan-akan makmur tapi babak belur.

Rasanya capek juga kalo ngomongin nasib bangsa ini. Apatis dan pesimis bisa terjadi dan sangatlah manusiawi walaupun harus dihindari. Rasa optimis selalu ada, kalo gak gitu ngapain mas Budiarto Shambazy capek-capek ngingetin kita semua lewat tulisannya di rubrik Politika, ngapain mas Langit Kresna Hariadi bersusah-susah bikin novel Gajah Mada (apabila beliau-beliau kaya raya dengan hasil tulisannya itu adalah rejeki Tuhan). Dari dulu intonasi suara Iwan Fals pun begitu jelas kala menyanyikan lagu Wakil Rakyat, tapi yang selalu sumbang justru obyek yang jadi bahan lagu tersebut. Belum lagi doa-doa yang selalu dipanjatkan oleh seluruh alim ulama di seluruh nusantara baik yang memakai bahasa kita maupun bahasa asing adalah wujud “positive thinking” untuk kebaikan bangsa ini.

Akhirnya gara-gara pindah kantor dan hanya karena bisa melihat stadion bersejarah setiap hari, semakin yakinlah bahwa aku gak mempunyai harapan lagi untuk bisa mengikuti perayaan besar di tahun depan. Atau mungkin aku harus bersyukur bahwa aku tidak harus mencuci jari kelingkingku dari noda tinta haram yang sangat menyakiti hati rakyat.

2 Comments:

  • tulisannya "dalem bangets", kak... btw, sambang2i ya : kombatav.blogspot.com. matur suwun.

    - bima -

    By Blogger Bima, at 7:17 PM  

  • Tulisannya banyak ME nya..
    sepertinya mas suka dengan lagu-lagunya ME ya?

    Tetep smangat mas argghhhh....

    By Anonymous Anonymous, at 4:23 PM  

Post a Comment

<< Home