keatz

Monday, May 01, 2006

Sok Masuk Surga


Beberapa hari yang lalu aku lihat di layar televise, ada acara talk show. Yang dibahas lagi-lagi masalah maksiat. Kali ini pro-kontra terbitnya majalah Playboy, sebuah produk Amerika yang oleh sebagian orang disebut produk neraka. Seperti layaknya pertandingan tinju, ada dua kubu yang dihadapkan dengan satu wasit dan beberapa juri dari berbagai kalangan.

Aku pikir ini pasti seru, ternyata biasa aja. Mungkin yang skeptis akan punya komentar pasti ini bisa-bisanya yang punya tivi untuk mengejar rating, sementara itu orang tivi bilang hal itu perlu diangkat agar semua orang mengerti….

Kalau menurut salah seorang juri, bahwa majalah Playboy sah untuk terbit karena memang gak salah apa-apa secara regulasi. Sementara kubu yang kontra tetap tak bergeming karena moralitas dan sangat kuatir sekali akan kehidupan generasi mendatang. Pokoknya hitam putih deh! Akhirnya acara ditutup begitu saja tanpa menghasilkan sesuatu yang lebih berarti.

Gak lama kemudian ada berita baru. Masih berlanjut tentang maksiat. Kali ini tempat karaokenya Inul diserbu sekelompok orang yang anti maksiat. Inul dianggap berdosa karena menolak RUU APP. Anehnya, di belahan utara Jakarta, ada daerah yang disebut orang dengan Kota. Ada surga maksiat yang tumbuh subur dan makmur tanpa gangguan apapun walau jaraknya hanya sejengkal dengan salah satu markas sekumpulan orang anti maksiat.

Kok bisa gini ya…apakah ini yang dinamakan permainan peran. Kalau ada yang baik pasti harus ada yang buruk. Kita akan merasa kaya kalau pernah merasakan miskin. Surga baru bisa dinikmati kalau ada neraka. Tuhan Mahabesar!!!!! Kalau misalkan majalah Playboy kita biarkan dijual, dan ternyata gak ada yang beli pasti akan bangkrut. Caranya gimana?...

Kita bagi-bagi tugas dong….setiap distribusinya hingga ke agen harus ditongkrongin tiap terbit oleh masyarakat anti maksiat. Jangan ada anarki. Cukup pakai spanduk aja dengan copywriting yang bagus…kira-kira yang beli juga akan risih. Atau kalo punya duit lebih, majalah playboy harus dibeli dan diborong sebelum tiba di agen-agen. Kemudian boleh aja dilihat atau dibaca dulu sebelum dimusnahkan…Aku rasa masyarakat pasti akan lupa kalau ada majalah Playboy. Selama demand tinggi dan supply gak ada pasti produk itu dilupakan kok…

Tapi yang paling penting kalau mau bagi-bagi tugas adalah dibagi-bagi sesuai job des masing-masing. Yang merasa jadi petinggi agama, kaum moralis, selebriti religius atau sekumpulan orang yang sok masuk surga haruslah sadar bahwa tugas mereka yang utama adalah bukan sekedar berkotbah monolog, berceramah dengan tarif selangit…(dan kalau udah kaya bikin partai), tapi mereka harus berpikir bagaimana cara yang efektif agar angka kemaksiatan turun. Mereka harus meninggalkan cara lama yang mengandalkan kotbah, ceramah atau himbauan tapi tiada hasil. Mereka harus belajar untuk mengerti kenapa orang suka melakukan aktifitas yang mereka anggap salah dan dosa. Mereka harus sadar dengan predikat “ulama” atau “petinggi agama” yang tugas utamanya adalah “menyelamatkan” tanpa menginjak kaki yang harus diselamatkan.

Nah, kalau mereka sadar akan kewajibannya karena posisi dan jabatan yang disandangnya sebagai pemuka agama serta melaksanakan jobdes dengan benar, mungkin tak sia-sia masyarakat menyebut mereka dengan “pak haji, ustadz, kyai, romo, pendeta dan sebagainya”. Memang, mereka harus berpikir lagi!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home