keatz

Wednesday, December 19, 2007

NIAT


2007 sudah semakin renta dan tak lama akan meninggalkan selaksa cerita. Nah, saat inilah musim kalaedoskop berbuah. Mencoba merangkum berbagai peristiwa yang dianggap paling penting untuk dijadikan bahan peringatan hidup atau sekedar bahan romantis-romantisan.

Jadi, ingat TVRI yang setiap akhir tahun selalu menayangkan rangkuman kaleidoskop nasional dan internasional. Gimana kabarnya ya si TURI itu… Waktu kecil aku dan teman-teman selalu menyebut “turi” karena logonya yang bervisual huruf T,V,R dan I…hanya karena huruf V seperti U dan terletak di kanan atas, trus kecil banget karena tv tetangga juga masih kecil, maka kita ngebacanya jadi TURI. Setelah gede, baru aku tahu kalau logo di kanan atas istilah tv-nya adalah “bugs” atau super impose dan ternyata logo itu bukan “dibaca” tapi “dilihat”…yo wis lah.

Yang aku heran adalah kenapa kok tahun 2007 ini aku hanya sempat menulis dua unek-unek sampah ini sementara Remy Silado, Budiarto Shambazy dan Langit Kresna Hariadi bisa merusak “keyboard” berkali-kali karena dipencet ribuan kali dengan hati. (tentang Langit Kresna, aku baru ngerti banget karena ngobrol dengan Mas Slamet Widodo – Sang Pendekar dari Gunung Simping…) Lha aku kok gak bisa seperti mereka?...Kalau mereka tahu pertanyaan pandir ini, pasti serentak menjawab “lha kamu gak niat!...”

NIAT. Kata sederhana penuh makna. Apa pun tujuan akhirnya baik dan buruk, niat selalu menjadi awal. Kalau melihat Indonesia yang gak maju-maju, sehingga Mas Bas begitu jengkel karena wajib mengisi kolom Politika, pastilah jawabannya sama “Lha kamu jadi pemerintah gak niat!”…Gak niat menaikkan anggaran pendidikan. Gak niat untuk berani bilang Benar ya Benar, Salah ya Salah. Gak niat untuk bikin maju PSSI hingga akhirnya kita bilang pemerintah gak niat untuk jujur kepada rakyatnya.

Kita tunggu aja, apakah peristiwa Lapindo dijadikan peristiwa penting selama dua tahun berturut-turut untuk dijadikan bahan kaleidoskop atau kalau mau kita jadikan peristiwa penting rutin sampai Jawa Timur tengelam dulu, baru kita cari bahan lain untuk kaleidoskop. Kita lihat saja, apakah kelompok kepercayaan tertentu yang dianggap (oleh kalangan tertentu) sesat masih diuber-uber dan dibakari rumahnya, sementara para ulama yang dengan senang hati dan bangga akan gelar “ulama’ nya bingung mau berbuat apa…Ketika masih sekolah di SD, guru agamaku bilang bahwa Nabi Muhammad dulu dikejar-kejar dan dianiaya secara fisik dan sosial oleh golongan jahilliyah karena dianggap sesat. Tapi nabi Muhammad tidak pernah memberi contoh bahwa beliau adalah seorang pendendam.

Nah, kalau masalah keyakinan masing-masing seseorang atau golongan sudah merembet ke wilayah publik, kita tinggal menunggu pemerintah membimbing rakyatnya dengan cara se-bijaksana-bijaksananya dan dalam tempo se-singkat-singkatnya. Kalo belum dibimbing-bimbing dan gak bijaksana-bijaksana berarti pemerintah cocok jadi “guru” di karya Roger Waters:

The Happiest Days of our Lives

When we grew up and went to school
There were certain teachers who would
Hurt the children in any way they could

By pouring their derision
Upon anything we did
And exposing every weakness
However carefully hidden by the kids
But in the town, it was well known
When they got home at night, their fat and
Psychopathic wives would thrash them
Within inches of their lives.

Labels: